A Simple Key For intelijen indonesia Unveiled

Kreatif: Dalam pengertian personil Satgas harus kaya akan ide, tidak pernah kehabisan akal dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah

Vigilance in opposition to a perceived communist threat remained an indicator of Suharto's 30-year presidency. The CIA described the massacre as "on the list of worst mass murders with the 20th century, along with the Soviet purges from the 1930s, the Nazi mass murders throughout the Second Earth War, and the Maoist bloodbath in the early fifties."[10]

There is state court docket of first occasion in each district and municipalities that deals with civil and criminal situations involving Indonesian or international citizens.

Konfik yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah pada 1998-2001 juga merupakan salah satu contoh. Konflik di Poso melibatkan konflik antara agama Islam dan Kristen yang berakibat pada kerusuhan massal yang memakan banyak korban meninggal, korban luka, dan tempat peribadatan dan rumah yang dibakar oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Untuk menjaga kredibilitas intelijen diperlukan wadah organisasi intelijen fashionable, intelijen yang menjaga profesialisme, menghormati hak asasi manusia dan tetap meyakini kerahasiannya serta tata kelola yang demokratis, patuh pada institusi politik dan negara.

For study applications, doctrine can be found in textbooks, papers, or other media for jurist viewpoints. Example of notable doctrine could be the belief of J. Satrio, whose textbooks, papers, and lectures are already a typical reference for practitioners in the sphere of civil legislation, and Yahya Harahap, whose writings are actually sought as source of clarifications for the two legal and civil procedural regulation. Nonetheless, it should be mentioned that almost all of the scholarship Di Sini of J. Satrio and Y. Harahap has long been released either in Dutch or Indonesian, and thus its accessibility to scientists with no requisite looking at skill in these types of languages will be limited.

Ancaman yang terus berkembang membutuhkan respon yang cepat dan tepat dari lembaga intelijen, dan product Threat-Dependent Intelligence diharapkan dapat menjadi acuan dalam menghadapi berbagai ancaman yang ada.

Paska 27 tahun perjalanan panjang reformasi, cita-cita reformasi memang belum mati, tapi reformasi hidup dilingkungan yang sama sekali bukan habitatnya. Begitu pula wajah intelijen negara yang bopeng terjangkit virus “politik ugal-ugalan”, akibat pandemi selama rezim Jokowi.

Perlunya penguatan dan transformasi dalam lembaga Badan Intelijen Negara (BIN) menjadi fokus dalam berbagai diskusi dan pertemuan strategis untuk menuju ke arah yang lebih adaptif dan responsif terhadap dinamika international yang terus berubah.

Intelijen sebagai pilar utama keamanan nasional, harus mampu menjadi senjata pamungkas demi kepentingan negara. Tidak sebaliknya intelijen yang seharusnya menjadi dilemma resolving malah asik menjadi challenge using.

Namun langkah intelijen untuk melindungi atau menyelamatkan masyarakat, kerap kali tidak mendapat apresiasi yang layak. Bahkan masyarakat seakan tengah dijangkiti oleh sindrom ketakutan terhadap intelijen. Bahkan sebagian besar wakil rakyat juga demikian.[fourteen]

[31] Munir Mentioned Thalib is really an idealistic human legal rights activist who defends victims of violations and is prepared to confront the armed forces and law enforcement to combat for your rights of such victims. Threats of murder and intimidation to power Munir to halt his pursuits while foremost KontraS and Imparsial (the two strongest human rights advocacy organizations in Indonesia Started by him) are very little new, such as monitoring and tries to thwart his protection routines performed by components of the security forces specifically or indirectly.

Ketidaktegasan dan deferensiasi tugas dan wewenang di antara komunitas intelijen tersebut menimbulkan konflik kepentingan yang mengarah pada tindakan kekerasan antara sesama lembaga.

harus mampu atau bahkan harus disumpah agar tidak menggunakan intelijen demi kepentingan politis pribadi atau kelompoknya. Rahasia intelijen seperti baru-baru ini didorong oleh kepentingan politik akhirnya dibongkar dan dijadikan senjata untuk menyerang satu pihak yang menjadi lawan politknya. Kerahasiaan intelijen sepenuhnya harus dipatuhi dengan masa retensi twenty five tahun tanpa terkecuali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *